a. Pendahuluan
Setiap manusia pada hakekatnya adalah pemimpin yang diminta pertanggungjawaban
atas kepemimpinannya. Manusia sebagai pemimpin minimal mampu memimpin dirinya
sendiri dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya. Setiap organisasi idealnya harus ada pemimpin
dipatuhi dan disegani bawahannya.
Organisasi tanpa pemimpin akan kacau
karena harus ada seseorang yang memerintah dan mengarahkan bawahannya
dalam mencapai tujuan individu,
kelompok, dan organisasi secara efektif dan efisien.
Untuk menumbuhkan
kepemimpinan ada lima hal yang harus dilakukan (1) mengenal diri sendiri dengan
Strength, Weaknesess, Opportunities,
Threats (SWOT), (2) berusaha memiliki Kredibilitas Akseptabilitas,
Moralitas, dan Integritas (KAMI), (3)
mempelajari prinsip-prinsip kepemimpinan, (4) menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan,
dan (5) belajar dari umpan balik (Adair,
1984). Jadi, punya ilmu harus dipraktikkan seperti nasehat Confius, seorang
filosof kuno yang menyatakan, ”Inti pengetahuan ialah mempunyai dan
menggunakannya.”
Kepemimpinan merupakan
topik yang selalu menarik untuk dibicarakan,
dipelajari, dipraktikkan, dan diteliti. Kepemimpinan tidak dapat
dilepaskan dari kekuasaan. Tanpa kekuasaan, pemimpin tidak memiliki kekuatan. Pemimpin
dapat bersifat formal dan dapat pula bersifat nonformal. Pemimpin formal
diangkat dengan surat keputusan, sedangkan pemimpin nonformal diangkat oleh
anggotanya tanpa surat keputusan resmi.
Kepemimpinan merupakan
salah satu topik terpenting di dalam mempelajari dan mempraktikkan fungsi
manajemen Planning, Organizing, Leading, dan Controlling (POLC).
Selain itu banyak
fungsi-fungsi manajemen lainnya, misalnya POAC, POSDCoRB, POSDICo, P3 (Perencanaan, Pelaksanaan, dan
Pengawasan).
Modul ini membahas pengertian kepemimpinan, manfaat kepemimpinan, beda leader dan manager, macam-macam
kepemimpinan, teori-teori kepemimpinan, dan prinsip kepemimpinan.
b. Pengertian Kepemimpinan
Terdapat
3000 lebih penelitian dan definisi kepemimpinan yang telah diciptakan manusia
(Bass & Stogdill,1990). Kepemimpinan ialah seni
dan ilmu mempengaruhi orang lain agar bertindak seperti yang diharapkan. Disebut seni karena setiap pemimpin dapat menerapkan teorinya berdasarkan
situasi. Disebut ilmu karena kepemimpinan dapat dipelajari secara ilmiah.
Kepemimpinan ialah proses memimpin. Pemimpin adalah orang yang memimpin.
Pimpinan ialah jabatan.
c. Manfaat
Kepemimpinan bagi Kepala Tata Usaha (KTU)
Pelatihan ini diharapkan bermanfaat
bagi KTU untuk:
1) menggali jati diri, memperkaya wawasan sehingga lebih
bersikap positif dan lebih peka terhadap pelayanan prima kepada pelanggan
internal dan eksternal sekolah,
2) meningkatkan kualitas hubungan antara sesama KTU dan
kebersamaan dalam meningkatkan mutu sekolah,
3) lebih percaya diri dalam melaksanakan peran
manajerialnya, dan
4) lebih terampil dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajerial planning, organizing, leading,
dan controlling (POLD)
d. Teori
Kepemimpinan
1) Teori Kepemimpinan Klasik
a) Gaya Kepemimpinan Model Taylor
Taylor (1911),
seorang ahli teknik mesin sekaligus
Bapak Manajemen menemukan gaya kepemimpinannya
dalam memimpn
perusahaan yaitu cara terbaik untuk
meningkatkan kinerja ialah dengan meningkatkan teknik
atau metode kerja dan memperlakukan manusia seperti
mesin.
b)
Gaya Kepemimpinan Model Mayo
Gaya kepemimpinan Mayo (1920) yang terkenal dengan gerakan hubungan
manusiawi merupakan reaksi dan revisi dari gaya kepemimpinan Taylor yang
memperlakukan manusia seperti mesin.
c)
Studi Iowa
Menemukan peran tiga gaya
kepemimpinan yaitu:
otoriter, demokratis,
dan laize faire (semaunya sendiri).
d) Studi Michigan
Penelitian mengidentifikasikan
dua konsep gaya kepemimpinan yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi
pada produksi.
2) Teori-teori Kepemimpinan Modern
Lima penemuan yang
disebutkan di muka merupakan tonggak sejarah yang amat penting bagi
pengembangan teori kepemimpinan. Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan,
dapat mempelajari beberapa literatur yang pada umumnya membahas hal yang sama.
Teori kepemimpinan terdiri
atas pendekatan: (1) sifat-sifat, (2) perilaku, (3) situasional-kontingensi,
dan (4) Pancasila.
a) Teori Pendekatan Sifat-sifat (Traits Approach Theory)
Pendekatan ini berdasarkan pada
sifat seseorang yang dilakukan dengan cara: (1) membandingkan sifat yang timbul
sebagai pemimpin dan bukan pemimpin, dan (2) membandingkan sifat pemimpin yang
efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.
Analisa ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan memusatkan perhatian
kepada diri pemimpin itu sendiri. Pertanyaan penting yang ingin dijawab,“Apakah
sifat-sifat yang membuat seseorang menjadi pemimpin.”?
Teori awal tentang sifat-sifat pemimpin dapat ditelusuri kembali sejak
zaman Yunani Kuno dan zaman Roma. Ketika itu orang percaya bahwa pemimpin itu
dilahirkan (leaders are born), bukan diciptakan. Teori itu disebut teori
The Great Man. Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai
pemimpin, maka ia akan menjadi pemimpin.
Penelitian tentang pemimpin efektif dan tidak efektif mengemukakan bahwa pemimpin yang efektif
tidak berdasarkan pada sifat manusia tertentu, tetapi terletak pada seberapa
jauh sifat seseorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya.
Sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang efektif antara lain adalah Kredibilitas,
Akseptabilitas, Moralitas, dan Integritas (KAMI). Kepemimpinan yang
memiliki STAF adalah kepemimpinan yang Sidiq (jujur, dapat
dipercaya). Tabliq (mengajak pada kebaikan menjauhi kejahatan. Amanah
(titipan Allah dan harus dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat). Fathonah (memiliki kecerdasan intelektual, sosial,
emosional, dan spiritual)
Kouzes & Posner memberikan dua puluh
sifat-sifat kepemimpinan yang diharapkan oleh bawahannya yaitu: (1) kejujuran,
(2) keluasan pandangan, (3) kemampuan memberikan inspirasi, (4) kompetensi, (5)
keadilan, (6) mau memberi dukungan, (7) berpikiran luas, (8) cerdas, (9) lugas,
(10) dapat diandalkan, (11) berani, (12) mau bekerjasama, (13) berimajinasi,
(14) peduli, (15) bertekad bulat, (16) dewasa, (17) ambisius, (18) setia, (19)
dapatmengendalikan diri, dan (20) mandiri.
Dari ke-20 sifat-sifat
pemimpin yang ditemukan, mayoritas responden memilih empat sifat teratas: (1) honest (kejujuran); (2) forward looking (mempunyai pandangan
jauh ke depan); (3) ispiring
(inspirasi), dan (4) competent
(cakap).
Bagi Indonesia, 20
sifat-sifat kepemimpinan yang dikemukakan Kouzes dan Posner tersebut bukanlah
sesuatu yang baru. Sebab sejak dahulu kala pada jaman Jawa kuno, kita telah
mengenal sifat pemimpin Hasta Brata (delapan sifat) yaitu: (1) matahari padanan
kejujuran dari Kouzes dan Posner. Selanjutnya, (2) samudra dan (3) air padanan
keluasan pandangan, keluasan pikiran, (4) bintang padanan memberikan inspirasi,
(5) bumi padanan dapat diandalkan, (6) bulan padanan punya ambisi, (7) api
padanan bertekad bulat, dan (8) angin padanan mau bekerja sama. Kepemimpinan
Pancasila yang dikembangkan Ki Hadjar Dewantoro, maka ing ngarso sung tulodo
dapat disepadankan dengan bisa diandalkan dari kepemimpinan Kouzes &
Posner. Ing madyo mangun karso dapat disepadankan dengan mau bekerja
sama. Tut wuri handayani dapat disepadankan dengan mau memberikan
dorongan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat kepemimpinan adalah
ciri khas yang menunjukkan kepada sejumlah atribut individual, dengan indikator
utama berupa aspek-aspek kepribadian,
kebutuhan dan motivasi, serta nilai-nilai positif yang akan membantu
seorang pemimpin menuju keberhasilan dalam menjalankan kepempinannya dan
organisasinya.
Kelemahan dari pendekatan
sifat ini adalah ternyata banyak sifat-sifat pemimpin yang efektif saling
bertentangan. Misalnya pemimpin yang efektif harus tegas tetapi luwes, harus
adil tetapi toleran, harus besar-tinggi tetapi Napoleon kecil dan tingginya
termasuk rendah untuk ukuran orang Prancis yaitu 1,60 M, harus mampu
bekerjasama tetapi mampu bersaing, dan sebagainya.
Contoh pendekatan traits:
Pemimpin-pemimpin trait di antaranya
adalah: Napoleon, Alexander the Great, Lincoln, Sukarno, Gandhi, Mao Tse Tung,
Hitler, Churchill, dan Suharto.
b) Pendekatan Perilaku (Gaya-gaya Kepemimpinan)
Pendekatan ini menjelaskan perilaku
kepemimpinan yang membuat seseorang
menjadi pemimpin yang efektif. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan gaya (style)
yang dapat mewujudkan sasarannya misalnya dengan mendelegasikan tugas,
mengadakan komunikasi yang efektif, memotivakasi bawahannya melaksanakan kontrol dan
seterusnya. Plato (427-347) dalam bukunya yang berjudul Republic membagi
tiga gaya kepemimpinan yaitu: (1) filosofer (pemikir), (2) militer (otoriter),
dan (3) entrepreneur (Bass,1981).
Beberapa perwujudan perilaku pemimpin dengan orientasi
bawahan ialah: (1) penekanan pada
hubungan atasan-bawahan; (2) perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan
para bawahannya; dan (3) menerima perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan
dan perilaku yang terdapat dalam diri dari para bawahan.
Para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yaitu: (1)
berorientasi tugas (task oriented)
dan (2) berorientasi bawahan atau karyawan (employee-oriented).
Kelemahan kalau pemimpin bergaya orientasi pada tugas adalah kurang disenangi bawahannya karena
bawahan dipaksa bekerja keras agar tugas-tugas selesai dengan cepat dan baik.
Kelebihannya adalah pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu. Sebaliknya,
kelemahan kalau pemimpin bergaya orinetasi pada bawahan adalah pekerjaan banyak
yang tidak selesai pada waktunya. Kelebihannya adalah pemimpin disenangi
sebagian besar bawahannya. Untuk menjadi pemimpin yang efektif digunakan
keseimbangan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dengan gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan. Gaya ini disebut gaya kepemimpinan
transaksional.
Teori perilaku kepemimpinan yang paling terkenal adalah: (1) Studi Iowa, (2) Studi Ohio, (3) Studi Michigan,
(4) Rensis Likert, (5) Managerial Grid
Blake & Mouton yang kemudian dikembangkan Geradi, (6) Reddin. Studi
Iowa, Ohio, dan Studi Michigan.
c) Situasional
Pendekatan
ini terkenal dengan: (1) model kontingensi Fiedler, (2) model rangkaian
kesatuan kepemimpinan dari Tannenbaum & Schmidt, (3) model kontinum kepemimpinan Vroom &
Yetton, (4) model kontingensi lima faktor Farris, (5) model kepemimpinan
dinamika kelompok Dorwin Cartwight & Alvin Zander, (6) model kepemimpinan path
goal Evans dan House, (7) model kepemimpinan vertical dyad linkage Graen, (8) model kepemimpinan Bass, dan (9)
model kepemimpinan situasional Hersey & Blanchard.
Kepemimpinan
situasional menurut Hersey & Blachard (2000) didasarkan saling pengaruh
antara: perilaku kepemimpinan yang ia terapkan, sejumlah pendukungan emosional
yang ia berikan, dan tingkat kematangan bawahannya. Kontinum kematangan bawahan dinyatakan oleh
Agyris seperti tabel berikut.
Tabel 1. Kontinum Kematangan Argyris (1993)
Karakteristik Tidak Matang
|
Karakteristik Matang
|
Pasif
|
Aktif
|
Tergantung
|
Mandiri
|
Memandang dengan satu cara
|
Memandang dengan berbagai cara
|
Minat rendah
|
Minat tinggi
|
Perspektif jangka pendek
|
Perspektif jangka panjang
|
Posisi puas sebagai bawahan
|
Posisi ingin sebagai atasan
|
Kesadaran diri rendah
|
Kesadaran diri tinggi
|
(Argyris,1993)
Empat gaya kepemimpinan yang
dihasilkan Hersey & Blachard adalah telling, selling, participating, dan
delegating.
Ciri-ciri telling
(pembertahuan): perhatian terhadap tugas tinggi dan perhatian terhadap
bawahan rendah, pemimpin memberikan instruksi atau keterangan bagaimana cara
mengerjakan, kapan harus selesai, di mana pekerjaan dilaksanakan dan
pengawasan, komunikasi biasanya satu arah. Telling disebut juga gaya G1
Ciri-ciri selling (menawarkan atau
menjual): perhatian terhadap tugas dan bawahan tinggi, pemimpin menawarkan
gagasannya dan bawahan diberi kesempatan berkomentar, pemimpin masih banyak
melakukan pengarahan, komunikasi sudah dua arah. Selling disebut juga gaya G2.
Ciri-ciri participating (Pelibatan
bawahan): perhatian terhadap tugas tinggi dan perhatian terhadap bawahan rendah,
pemimpin dan bawahan saling memberikan gagasan, pemimpin dan bawahan sama-sama
membuat keputusan. Participating disebut juga gaya G3.
Ciri-ciri delegating
(pendelegasian): perhatian terhadap tugas dan bawahan rendah, pemimpin
melimpahkan wewenangnya kepada bawahan, bawahan mendapat wewenang membuat
keputusan sendiri. Delegating disebut gaya G4.
d.
Kepemimpinan Pelayanan Prima
1) Pengertian Pelayanan Prima
Pelayanan
prima ialah suatu pelayanan yang dlakukan secara cermat, langsung, cepat dan
pantas, yang dapat diterima dengan mudah, serta dilakukan dengan bahasa yang
sopan (BRI,1996). Pelayanan prima ialah suatu usaha membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan orang lain (KBB!,2005). Hahekat pelayanan prima
adalah merwujudan kewajiban KTU sebagai abdi masyarakat.
Berdasarkan
dua definisi di atas, pelayanan prima ialah pelayanan yang diberikan pemberi
jasa dengan menampilkan perilaku dan tata cara yang bertujuan untuk memuaskan
pelanggan. Pelanggan sekolah
menurut Sallis (2005) terdiri atas pelanggan internal dan eksternal. Pelanggan
sekolah yang dilayani Kepala Tata Usaha (KTU) adalah siswa, kepala
sekolah/wakilnya, guru, dan staf TU. Pelanggan eksternal yang dilayani KTU
adalah orang-tua siswa, aparat pemerintah, masyarakat, anggota profesi, dan
alumni.
Perbedaan antara pelayanan prima dan bukan pelayanan prima terletak pada
kepuasan pelanggan. Semakin puas pelanggan berarti semakin prima pelayanannya.
Pelayanan prima sesungguhnya baru ada, jika ada standar pelayanan.
Sekolah-sekolah seharusnya sudah melaksanakan pelayanan prima karena sudah ada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk sekolah. Pelayanan prima di sekolah berarti
sudah sesuai atau sudah di atas SPM.
Pelayanan prima berkaitan dengan mutu. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan pelayanan yang ditingkatkan adalah mutu pelayanannya. Mutu ialah
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pelangga. Karena mutu bersifat dinamis,
maka pelayanan saat ini sudah prima, untuk yang akan datang belum tentumasih
prima.
2) Asas Pelayanan Prima
a) Transparansi
b) Akuntabilitas
c) Kondisional
d) Partisipatif
e) Kesamaan hak
f) Keseimbangan hak dan kewajiban (Kepmenpan
No.63/KEP /M.PAN/7/2003
tentang Pedoman Umum
Penyelengaraan Pelayanan Publik)
3) Prinsip
Pelayanan Prima (K10T)
a) Kesederhanaan
b) Kejelasan
c) Kepastian waktu
d) Keakuratan
e) Kelengkapan sarana dan prasarana
f) Kemudahan akses
g) Kedisiplinan
h) Kesopanan
i) Keramahan
j) Kenyamanan
k) Tangung jawab.
(Kepmenpan No.63/KEP /M.PAN/7/2003 tentang Pedoman
Umum Penyelengaraan Pelayanan Publik)
4) Standar Pelayanan Prima
a) Prosedur pelayanan
b) Waktu penyelesaian
c) Biaya pelayanan
d) Produk pelayanan
e) Sarana dan prasarana
f) Kompetensi petugas pemberi pelayanan
(Kepmenpan No.63/KEP /M.PAN/7/2003
tentang
Pedoman Umum Penyelengaraan Pelayanan Publik)
5) Model
Kepemimpinan Pelayanan
Kepemimpinan pelayanan ialah pendekatan kepemimpinan yang
mengakui kewenangan top down dan bottom up. Greenleaf dalam Manning dan
Curtis (2003) menyatakan bahwa kepemimpinan pelayanan disebut pelayan yang
diawali peduli dengan orang lain dan ingin membantunya. Pemimpin pelayanan
mengabdi terhadap orang dan memiliki komitmen melalui akses, komunikasi, dan
dukungan (manning dan Curtis, 2003).
Komitmen berarti terpanggil untuk
mengabdi kepada diri sendiri, tugas, dan organisasi. Akses berarti mudah
ditemui dan siap melayani dengan sebaik-baiknya. Komunikasi dalam arti jelas
menyampaikan pesan dan mudah menerima pesan lisan, tertulis, bahasa isyarat,
dan bahasa tubuh. Dukungan dalam arti
tersedia sarana dan prasarana memadai untuk melakukan pelayanan prima.
2. Contoh
KTU sudah melakukan pelayanan prima
jika sudah memenuhi Standar Ketatausahaan yaitu:
Sekolah memiliki
administrasi/ketatalaksanaan sekolah yang rapi, efisien, dan efektif pada lingkup proses belajar
mengajar, kurikulum,
ketenagaan/kepegawaian, kesiswaan, sarana dan prasarana (perpustakaan,
peralatan, perlengkapan, bahan, tata persuratan dan kearsipan, dsb.), keuangan,
dan hubungan sekolah masyarakat. Sekolah memiliki arsip informasi dan data yang
mudah diakses sewaktu-waktu oleh warga sekolah lain maupun pihak lain yang
memerlukan sesuai dengan aturan yang berlaku (Anonim, 2003).
Tabel 1. Standar Ketatausahaan menurut BAS
5.
Ketatalaksanaan
Sekolah
|
1. Program ketatalaksanaan terencana dengan
baik.
|
2. Kegiatan
ketatalaksanaan terkoordinasi
dengan baik
|
|
3.
Ketatalaksanaan didukung oleh kuantitas dan
kualitas sarana yang memadai.
|
|
4. Sekolah
memiliki sistem data base yang
memadai.
|
|
5. Sekolah memiliki
dokumen ketatalaksanaan
yang lengkap dan teratur.
|
|
6. Ketetalaksanaan
sekolah:
|
|
a.1. Program Kegiatan Sekolah
|
|
a.2..Kalender pendidikan dan jadwal
kegiatan
sekolah.
|
|
a.3. Jadwal pelajaran.
|
|
b.1. Buku Induk Siswa
|
|
b.2. Data statistik siswa (pendaftar,
yang
diterima, lulusan, dan mutasi).
|
|
b.3. Data pribadi siswa
|
|
b.4. Buku penghubung
|
|
b.5. Buku catatan khusus.
|
|
c.1. Buku Induk Pegawai
|
|
c.2. Daftar hadir Pegawai
|
|
c.3. Uraian Tugas Pegawai.
|
|
d.1. Buku induk koleksi perpustakaan.
|
|
d.2. Katalog koleksi perpustakaan.
|
|
d.3. Kartu buku.
|
|
d.4. Daftar pengunjung.
|
|
d.5. Daftar peminjam.
|
|
d.6. Kartu peminjaman.
|
|
e. Administrasi persuratan dan kearsipan.
|
|
e.1. Dokumen pendirian/akte sekolah.
|
|
e.2. Notula rapat.
|
|
e.3. Buku piket.
|
|
e.4. Buku tamu.
|
|
e.5. Agenda
|
|
e.6. Buku supervisi.
|
|
e.7. File arsip
|
|
f.1. Buku
inventaris barang.
|
|
f.2. Nomor
inventarisasi barang.
|
|
g.1. Buku RAPBS.
|
|
g.2. Pembukuan
penerimaan dan pengeluaran
keuangan.
|
|
g.3. Bukti fisik penerimaan dan pengeluaran
keuangan
|
|
h.1. Catatan
kegiatan komite sekolah/BP3.
|
|
h.2. Catatan
kerjasama dengan instansi lain.
|
e. Prinsip-prinsip
Kepemimpinan
Enam prinsip kepemimpinan adalah:
(1) tentukan sasaran dan tujuan bersama staf,
(2) bantu staf untuk mencapai tujuan staf,
(3)
koordinasikan semua
kegiatan kerja,
(4)
bantu staf
menyesuaikan diri dengan staf lainnya (membina kerja tim yang efektif),
(5)
tunjukkan perjuangan
untuk perbaikan nasib staf, jangan hanya disimpan dalam hati, dan
(6) tunjukkan perhatian pada hubungan manusiawi (Post, 1991).
2. Ringkasan
Setiap manusia adalah pemimpin yang
diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Untuk menumbuhkan kepemimpinan
ada lima hal yang harus dilakukan.Pemimpin dapat bersifat formal dan nonformal.
Kepemimpinan ialah seni dan ilmu mempengaruhi orang lain agar bertindak seperti
yang diharapkan. Kepemimpinan bermanfaat bagi KTU dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya terutama melayani kepala sekolah dan pelangan sekolah
lainnya. Kepemimpinan pelayanan ialah pendekatan kepemimpinan yang
mengakui kewenangan top down dan bottom up. Pemimpin pelayanan mengabdi
terhadap orang dan memiliki komitmen melalui akses, komunikasi, dan dukungan.
Pelayanan prima ialah suatu
pelayanan yang mampu memuaskan pelanggannya.Ada enam asas pelayanan prima, 11
prinsip pelayanan prima, dan enam standar pelayanan prima.
3. Penugasan
Isilah Lembaran
Kerja (LK1) untuk mengetahui efektivitas
kepemimpinan Anda.
Isilah LK2 untuk mengetahui gaya kepemimpinan
Anda.
Isilah LK3
untuk mengetahui kepemimpinan situasional Anda.
Isilah LK4
untuk menilai tingkat mutu kepemimpinan Anda.
Daftar Pustaka
Adair, John. 1984. Menjadi Pemimpin
Efektif. Jakarta: PT. Pustaka
Binaman Pressindo.
Kepmenpan No.63/KEP /M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelengaraan Pelayanan Publik)
Kouzes, J.M. & Posner, B.Z. 1995. The Leadership
Challenge. San
Francisco : Jossey-Bass Publishing.
Manning, G., & Curtis, K. 2003. The
art of leadership. New York :
McGraw-Hill Irwin.
Post, Charles. 1991. Profil kekuasaan – apakah Anda Seorang
pemimpin unggul? dalam Kepemimpinan. Jakarta :
PT. Gramedia.
Sallis, E. 2003. Total
Quality Management in Education. London :
Kogan Page Educational Management Series.
No comments:
Post a Comment