A. Kehidupan Sosial di Jazirah Arab
Bila dilihat dari
segi sosiologis
dan
antropologis
bangsa Arab mempunyai
tingkat
solidaritas
dan
budaya yang
tinggi. Tingkat solidaritas yang
sangat tinggi itu bisa
dilihat dari kehidupan bangsa
Arab di
padang pasir
yaitu kaum
Badui. Mereka
mempunyai perasaan kesukuan yang
tinggi. Karena
sukuisme itulah yang
akan melindungi keluarga dan warga suatu suku. Hal
ini
disebabkan terutama
karena di padang pasir tidak ada
pemerintahan atau
suatu
badan resmi yang
dapat melindungi
rakyat atau
warga negaranya dari
penganiayaan dan tindakan sewenang-wenang
dari siapa saja. Kabilah atau
suku itulah
yang mengikat
warganya dengan ikatan
darah (keturunan) atau
ikatan kesukuan. Kabilah
itulah yang
berkewajiban melindungi warganya,
dan
melindungi orang-orang
yang menggabungkan
diri atau meminta
perlindungan kepadanya.
Bila salah seorang
dari warganya, atau dari pengikut-pengikutnya dianiaya
atau dilanggar
haknya, maka
menjadi kewajiban atas kabilah atau
suku itu
menuntut bela.
Bangsa Arab mempunyai budaya
yang tinggi
itu dapat diketahui
dari kerajaan-kerajaan yang
berdiri di
Yaman. Dari
Bani Qathan ini telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
berkuasa di daerah
Yaman, di antaranya
yang terpenting adalah kerajaan Ma’in, Qutban, Saba’ dan Himyar.
1. Kerajaan Ma’in (Ma’niyah)
Kerajaan
Ma’in
ini
berdiri kira-kira 1200
th SM.,
di Yaman.
Kerajaan
Ma’in
ini
didirikan oleh suku Ma’in, yaitu suatu
suku yang terbilang besar di antara suku-suku dari Bani Qathan.
Kerajaan
ini
telah memiliki kekuasaan yang
besar
dan kekayaan
yang melimpah-limpah.
Penghidupan mereka terutama sekali
ialah
berniaga.
Kekuasaan mereka pun bersumber pada perniagaan. Mereka telah membangun
kota-kota
yang digunakan sebagai
stasiun perniagaan di
sepanjang
jalan yang
melintasi Tanah
Arab dari selatan ke utara
sampai ke
Suriah.
Stasiun
ini
berfungsi
menyiapkan
perbekalan yang
dibutuhkan para khalifah serta
menjaga para khalifah dari serangan perampok atau penyamun.
Bentuk pemerintahan mereka adalah monarki yang demokratis. Rajanya memerintah secara turun-temurun kepada anak, dan kadang-kadang terdapat pula seorang raja memegang kekuasaan bersama anaknya. Di samping raja ada
majelis umum, sedang di kota-kota dibentuk pemerintahan setempat.
2. Kerajaan Qutban
Kerajaan
Qutban berdiri di
Yaman
Selatan
kurang lebih 1000
SM.
Ibu
kotanya
Qutban.
Kerajaan
Qutban ini mempunyai
kedudukan penting
dalam
sejarah
karena
penguasaan dan
pengawasan mereka
terhadap
Selat Bab el- Mandeb. Selat Beb el-Mandeb termasuk salah satu
pusat
perniagaan
di masa
itu.
3. Kerajaan Saba’
Kerajaan
Saba’ berdiri
kira-kira
tahun 950 SM. Kerajaan Saba’
dibangun oleh rajanya
yang pertama
yang bernama Saba’
Abdu Syam ibn Yasyjub
ibn
Ya’rub dan Qathan.
Oleh karena
daerah Yaman adalah daerah kering, karena
tidak
ada
sebuah sungai pun mengalir di Yaman ini, dan hujannya adalah hujan musiman yang
hanya turun pada musim panas saja, maka oleh raja Saba’ membangun sebuah bendungan air di dekat kota Ma’arib ini, yang dikenal
dalam sejarah
dengan sebutan “Saddu Ma’arib” (Bendungan Ma’arib)
4.
Kerajaan Himyar (Himyariyah)
Kerajaan Himyar berdiri kira-kira tahun 115 SM. Didirikan oleh suku Himyar,
sedang
asal-usul
suku Himyar
itu
adalah seorang di
antara saudara-
saudara raja Saba’ pendiri kerajaan Saba’iyah.
Kerajaan
Himyariyah raja-rajanya
suka berperang
dan
menyerang
serta
menaklukkan
negara
tetangga.
Maka mereka
mempunyai
bala tentara yang
panglima-panglimanya
suka memperluas daerah atau kawasan negaranya dengan menyerang atau menaklukkan negara-negara lain. Mereka pernah memerangi Persia dan Ethiopia (Habsyah) dan lain-lain.
Di
antara raja-raja tersebut
adalah Syammar Yar’asy.
Raja ini menurut sejarawan di kalangan bangsa Arab, pernah menyerang dan menaklukan
Irak,
Persia dan Khurasan.
Kehidupan sosial
bangsa Arab
dapat juga kita ketahui misalnya dengan adanya syair-syair Arab.
Ada dua cara dalam mempelajari syair
Arab di masa
jahiliyah. Kedua cara itu amat besar manfaatnya.
a. Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab
amat dihargai.
b. Mempelajari syair itu dengan maksud supaya kita dapat mengetahui adat-istiadat dan budi pekerti bangsa Arab.
Syair
adalah salah satu
seni yang paling indah yang sangat dihargai dan dimuliakan
oleh bangsa Arab. Seorang penyair mempunyai kedudukan yang
sangat tinggi
dalam masyarakat
bangsa Arab.
Salah
satu pengaruh
syair
pada bangsa Arab ialah bahwa syair
itu dapat meninggikan
derajat seseorang yang
tadinya
hina atau sebaliknya dapat menghina-hinakan orang yang tadinya
mulia.
Syair dan kultur keagamaan masih mempertahankan
sebuah
elemen kehidupan Badui.
Sedikit
atau banyak Badui
Arabia
merupakan masyarakat dinamis dan politheis yang
mana mereka meyakini
bahwa seluruh obyek alam
dan
peristiwanya merupakan kehidupan roh yang
dapat membantu
atau mengganggu manusia.
B. Kehidupan
Politik di Jazirah Arab
Untuk
mengamankan para peziarah yang datang ke kota Makkah, kota suci tempat Ka’bah berdiri, didirikanlah
suatu pemerintahan
yang pada
mulanya
berada di
tangan dua
suku yang berkuasa,
yaitu
Jurhum, sebagai pemegang kekuasaan politik
dan Ismail (keturunan Nabi Ibrahim) sebagai pemegang kekuasaan atas
Ka’bah. Kekuasaan politik
kemudian berpindah ke suku
Khuza’fah dan akhirnya ke suku Quraisy di
bawah pimpinan Qushai. Suku terakhir inilah yang
kemudian mengatur urusan-urusan politik dan urusan- urusan yang berhubungan dengan Ka’bah. Semenjak itu suku Quraisy menjadi suku yang mendominasi masyarakat Arab. Ada sepuluh jabatan tinggi yang
dibagi-bagikan kepada
kabilah-kabilah
asal suku
Quraisy, yaitu hijabah, pen-
jaga kunci-kunci Ka’bah; siqoyah, penjaga
mata air Zam-zam untuk digunakan oleh
para peziarah; diyat,
kekuasaan hakim sipil dan kriminal; sifarah, kuasa usaha negara
atau duta; liwa’, jabatan ketentraman; rifadah,
pengurus pajak
untuk orang miskin; nadwah, jabatan ketua dewan; khaimmah, pengurus balai
musyawarah; khazimah, jabatan administrasi keuangan; dan azlam, penjaga
panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa.
C. Kehidupan
Ekonomi di Jazirah Arab
Kehidupan
ekonomi di Jazirah Arab
dapat diketahui dari perniagaan yang
dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Perniagaan di masa kerajaan Saba’ dan
Himyar meliputi perniagaan di laut dan di darat. Perniagaan di laut yaitu ke
India dan Tiongkok, dan perniagaan di darat ialah dalam Jazirah Arab.
Setelah negeri
Yaman
dijajah
oleh bangsa Habsyi
dan kemudian oleh
bangsa Persi,
maka kaum penjajah
itu
dapat
menguasai
perniagaan di
laut.
Akan tetapi perniagaan dalam
Jazirah Arab berpindah ke
tangan penduduk
Makkah, karena
kaum penjajah
itu
tidak dapat menguasai bagian dalam Jazirah Arab.
Ada faktor-faktor yang menolong
Makkah dapat
memegang peranan dalam perniagaan. Terutama
orang-orang Yaman
yang telah berpindah ke Makkah,
sedang mereka mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang perniagaan. Dalam pada
itu kota
Makkah, dari hari ke hari bertambah masyhur, keberadaan
bangunan Ka’bah, dan jamaah haji
pun
berdatangan
dari segenap penjuru Jazirah Arab tiap tahun.
Penduduk Arab suka merantau untuk berniaga, sebagai suatu usaha yang
utama dan sumber yang terpenting
bagi penghidupan
mereka.
Dengan demikian
perniagaan suku
Quraisy
menjadi giat serta mendapatkan kemajuan
dan
kemasyhuran dan kemajuan besar di dalam dan di luar Jazirah Arab.
Pengaruh dari
budaya perdagangan bagi pengembangan dakwah
adalah tersebar luasnya agama-agama yang dibawa oleh para pedagang tersebut. Tipologi
seorang
pedangan
yang mempunyai jiwa
ekspansif,
dinamis
dan
agresif, turut mempengaruhi
cepat berkembangnya ajaran-ajaran
Islam yang
mereka bawa. Mereka berdakwah sambil berdagang. Mereka berdakwah dengan persuasif dan memberi tauladan yang
baik dalam berdagang.
Dengan sikap seperti itu,
para relasi mereka banyak yang menaruh
simpatik dan akhirnya mengikuti ajarakan masuk Islam
sebagaimana
yang didakwahkan oleh
para muballigh dan pedagang tersebut.
No comments:
Post a Comment